Jumat, 30 November 2012

K.Pop Semakin Merajalela




Jakarta, ( UBM NEWS ) - Keringat bercucuran dan antrian yang panjang tidak membuat banyak orang letih untuk menunggu  masuk dan memulai acara seminar. Seminar dilakukan di Universitas. Bunda Mulia yang terletak di jalan Lodan Raya No.2, Ancol Jakarta Utara.
Univ. Bunda Mulia ini baru saja melangsungkan seminar tentang Fenomena K.Pop dalam budaya kontemporer, Selasa, 27 Nov 2012. Seminar yang dilangsungkan pada pukul 08.00-11.00 ini dihadiri oleh Mr.Youji Light (International Choreographer).
Dengan narasumber Rustono Farady Marta dan Kandi S Senastri Dahlan yang tidak lain dosen UBM sendiri, penyelenggara mengangkat tema “Fenomena K.Pop dalam budaya kontemporer Indonesia”, dimana seperti yang kita ketahui bahwa Korean Pop atau lasim disingkat K.Pop telah merajai dunia hiburan bahkan merasuki budaya tanah air.
Narasumber memberi presentasi yang memukau tentang bagaimana budaya kontemporer bukan hanya menjadi fenomena abad 21. Gaya hidup seperti ini telah lama mewabah bahkan di zaman Plato filsuf terkenal dari Yunani itu.
Budaya kontemporer muncul ketika masyarakat terpengaruhi dengan moderenisme dalam kehidupannya, demikian penjelasan dalam slide yang diberikan penyaji. Budaya ini sering juga diistilahkan dengan budaya global, dimana terjadinya proses penyatuan beberapa budaya yang mendunia.
Banyak orang yang sudah tergila-gila dengan negara Korea ini, sampai-sampai mereka mengikuti gaya style rambut, baju, hingga makanan. Dulu orang liburan pergi ke negara-negara Paris, Australia, dll.
Tetapi sekarang orang-orang ingin pergi ke Korea untuk melihat kehidupan mereka dan membawa oleh-oleh gingseng, khas dari negara itu sendiri.
Budaya K.Pop yang merasuk dalam budaya Indonesia merupakan gaya, ide, prespektif dan sikap yang benar-benar berbeda dengan budaya Indonesia yang sendirinya adalah multikultur. Budaya populer ini disinyalir dipengaruhi oleh media masa dan dihidupkan secara terus menerus.
Beberapa hal yang diakibatkan oleh cross culture ini adalah perubahan mindset atau pola pikir seseorang, mengubah karakteristik budaya lokal, menekan identitas pluralisme masyarakat. Seperti beberapa contoh tentang gaya berbusana dan penggunaan aksesoris korea dikalangan anakmuda.
Seorang narasumber melontar suatu pernyataan sekaligus pertanyaan yang sangat membuka wawasan anakmuda; tahukah anda bahwa selain unsur budaya, K-POP menjadi bagian dari misi ekonomi dari “negeri gingseng” Korea?
Misi ekonomi ini sering diistilahkan dengan “soft power strategy” lasim dipakai beberapa negara dunia untuk menunjang “economic development” pembangunan ekonomi negara yang bersangkutan.
Seperti yang dikutip dalam slide penyaji “Soft power economy adalah ketika karya budaya dan seni serta content industry lainnya, yang berasal dari suatu negara, berhasil menaikan pamor , prestige dan popularitas suatu negara dimata global.
Sayang seribu sayang Indonesia termasuk salah satu korban Soft power economy negeri gingseng tersebut, Indonesia menjadi objek persaingan ekonomi dunia tanpa mampu mengenali jatidiri budaya lokal untuk dikembangankan sebagai senjata perekonomian. Anak muda Indonesia hanya menjadi follower korban K-POP. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar