Jakarta, (
UBM NEWS ) - Keringat bercucuran dan antrian yang panjang tidak membuat banyak
orang letih untuk menunggu masuk dan
memulai acara seminar. Seminar dilakukan di Universitas. Bunda Mulia yang
terletak di jalan Lodan Raya No.2, Ancol Jakarta Utara.
Univ. Bunda
Mulia ini baru saja melangsungkan seminar tentang Fenomena K.Pop dalam budaya
kontemporer, Selasa, 27 Nov 2012. Seminar yang dilangsungkan pada pukul
08.00-11.00 ini dihadiri oleh Mr.Youji Light (International Choreographer).
Dengan
narasumber Rustono Farady Marta dan Kandi S Senastri Dahlan yang tidak lain
dosen UBM sendiri, penyelenggara mengangkat tema “Fenomena K.Pop dalam budaya
kontemporer Indonesia”, dimana seperti yang kita ketahui bahwa Korean Pop atau
lasim disingkat K.Pop telah merajai dunia hiburan bahkan merasuki budaya tanah
air.
Narasumber
memberi presentasi yang memukau tentang bagaimana budaya kontemporer bukan
hanya menjadi fenomena abad 21. Gaya hidup seperti ini telah lama mewabah
bahkan di zaman Plato filsuf terkenal dari Yunani itu.
Budaya
kontemporer muncul ketika masyarakat terpengaruhi dengan moderenisme dalam
kehidupannya, demikian penjelasan dalam slide yang diberikan penyaji. Budaya
ini sering juga diistilahkan dengan budaya global, dimana terjadinya proses
penyatuan beberapa budaya yang mendunia.
Banyak orang
yang sudah tergila-gila dengan negara Korea ini, sampai-sampai mereka mengikuti
gaya style rambut, baju, hingga makanan. Dulu orang liburan pergi ke negara-negara
Paris, Australia, dll.
Tetapi
sekarang orang-orang ingin pergi ke Korea untuk melihat kehidupan mereka dan
membawa oleh-oleh gingseng, khas dari negara itu sendiri.
Budaya K.Pop
yang merasuk dalam budaya Indonesia merupakan gaya, ide, prespektif dan sikap
yang benar-benar berbeda dengan budaya Indonesia yang sendirinya adalah
multikultur. Budaya populer ini disinyalir dipengaruhi oleh media masa dan
dihidupkan secara terus menerus.
Beberapa hal
yang diakibatkan oleh cross culture
ini adalah perubahan mindset atau
pola pikir seseorang, mengubah karakteristik budaya lokal, menekan identitas
pluralisme masyarakat. Seperti beberapa contoh tentang gaya berbusana dan
penggunaan aksesoris korea dikalangan anakmuda.
Seorang
narasumber melontar suatu pernyataan sekaligus pertanyaan yang sangat membuka
wawasan anakmuda; tahukah anda bahwa selain unsur budaya, K-POP menjadi bagian
dari misi ekonomi dari “negeri gingseng” Korea?
Misi ekonomi
ini sering diistilahkan dengan “soft power strategy” lasim dipakai beberapa
negara dunia untuk menunjang “economic development” pembangunan ekonomi negara
yang bersangkutan.
Seperti yang
dikutip dalam slide penyaji “Soft power economy adalah ketika karya budaya dan
seni serta content industry lainnya, yang berasal dari suatu negara, berhasil
menaikan pamor , prestige dan popularitas suatu negara dimata global.
Sayang
seribu sayang Indonesia termasuk salah satu korban Soft power economy negeri
gingseng tersebut, Indonesia menjadi objek persaingan ekonomi dunia tanpa mampu
mengenali jatidiri budaya lokal untuk dikembangankan sebagai senjata
perekonomian. Anak muda Indonesia hanya menjadi follower korban K-POP.