Rabu, (3/1/13) dibawah panas terik
matahari aku melangkahkan kaki di sudut-sudut Kota Jakarta untuk mengetahui
lebih dekat kehidupan mereka. Sampailah aku di daerah Jakarta Barat, tepatnya
di samping Mal Citra Land. Aku melihat kehidupan yang kontras disitu.
Ada mal yang megah, gedung-gedung
menjulang tinggi, tapi di sudut sana ada kehidupan yang jauh dari mewah. Di samping
kali dekat Citra Land tinggallah Rangga 9 tahun bersama dengan kedua
orangtuanya dan seorang adik.
Rangga baru duduk di kelas 3 SD, namun
dia sudah bekerja untuk membantu orangtuanya mencari nafkah sebagai pengamen.
Namun demikian Rangga tidak pernah patah semangat. Dia masih mempunyai
cita-cita sebagai pemain sepak bola.
Dalam kehidupan sehari-harinya Ia pergi
ke sekolah pukul 12.00-14.00 WIB. Ia juga rajin mengikuti bimbingan belajar dibawah bimbingan
Suwarno Asmoro dari pukul 08.00-10.00 WIB. Setelah itu, Rangga ngamen sepulang sekolah hingga sore hari
terkadang hingga malam hari.
Banyak orang merasa iba terhadap apa
yang mereka lakukan, tetapi mereka senang melakukan seperti itu. Mereka bisa
bebas tanpa ada yang mengatur, mereka mendapatkan uang dengan hasil ngamennya. Mereka hidup normal seperti
yang lainnya, mereka bisa membeli kebutuhan-kebutuhan pokok mereka.
Tetapi yang sangat disayangkan, jika
mereka sudah nyaman dan tidak ingin berpindah dari zona nyaman mereka, saat tua
nanti tidak akan ada perubahan dalam hidupnya, mereka hanya menjadi pengamen
ataupun pemulung. Atau paling tinggi hanyalah menjadi supir angkot dan preman
jalanan.
Pahlawanku Kak Asmoro
Kak Asmoro. Ya, itulah yang Rangga
dan teman-temannya panggil. Baginya Dia tidak hanya menjadi penyelamat tetapi
juga sebagai figur ayah untuknya. Dimana Kak Asmoro selalu memperhatikan, dan menyayanginya
seperti seorang anak.
“ Aku kenal Kak Asmoro dari kecil,
karena Kak Asmoro suka berkunjung ke rumah kasih obat-obatan jika ada orang yang sakit, kasih susu buat
anak-anak, terus Kak Asmoro juga seperti ayah karena suka kasih perhatian sama
anak-anak seperti aku, ” ungkap Rangga.
Sudah banyak orang mengenal Asmoro,
mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Setiap kali bertemu dengannya semua
orang tersenyum gembira dan salim tangan maupun menyapanya.
Empat belas tahun sudah Suwarno Asmoro
menjalani semuanya ini bagi anak-anak jalanan. Kepeduliannya terhadap anak-anak
jalanan akan pendidikan dan kesehatan telah menggugah hatinya untuk menolong
mereka dengan mendirikan sebuah sanggar Street Kids Ministry di Jl. Budi Raya No.
80b, Kemanggisan, Jakarta Barat.
Dengan sanggar ini anak-anak bisa
belajar dan bermain. Selain ditempatkan sebagai tempat belajar sanggar ini juga
ditempatkan seperti puskesmas bagi orang-orang yang sakit.
“
Awal pendekatan dengan anak-anak jalanan banyak cara. Ada yang hanya
berbincang-bincang lalu bisa menjadi akrab, ada juga yang lewat bantuan, misalnya
ada keluarga yang sakit saya memberi bantuan seperti membawa keluarga yang
sakit ke rumah sakit atau memberi obat,”
ungkapnya.
Anak-anak jalanan menjadi pengamen bukan
karena mereka ingin menjadi seperti itu tetapi disuruh oleh orangtuanya.
Sedangkan orangtuanya sendiri menjadi pengangguran dan hanya menerima uang dari
hasil anaknya menjadi pengamen.
Lino adalah salah satu guru yang baru 3 bulan
mengajar di SKM tersebut. Menurutnya menjadi seorang guru itu ada sesuatu daya
tarik yang unik. Seorang guru tidak hanya memberikan materi-materi pelajaran
tetapi juga bagaimana bisa bergaul dengan anak-anak.
Menurut pengamat ekonomi Leo Alexander Tambunan,SE,MM seorang dosen
Universitas Bunda Mulia, secara umum, tingkat kemiskinan di Kota Jakarta ini
sangat tinggi dibandingkan tingkat provinsi lain.
Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu
keadaan yang tidak memiliki penghasilan tetap, tidak memiliki pekerjaan tetap,
kekurangan sandang, pangan, papan, dan orang yang memiliki pendapatan 100
sampai 500 USD.
Kemiskinan
yang terjadi di Kota Jakarta karena tidak adanya latar belakang pendidikan, juga
tidak mempunyai kesempatan bagi mereka untuk keluar dari zona nyamannya. Selain
tidak memiliki kesempatan, mereka juga tidak mempunyai keinginan untuk maju “
yang penting hidup “.
Kedua faktor inilah yang menjadi faktor
penting tingkat kemiskinan yang semakin meningkat. DPS menyatakan tingkat
kemiskinan berkurang, itu bukan karena pemerintahnya tetapi masyarakatnya
sendiri yang berjuang.
Anak jalanan yang hidup dijalanan yang
keras, nantinya akan menjadi seseorang yang keras, brutal, sadis, nakal, tidak
ada sopan santun dan pasti menjadi bodoh.
Orang-orang yang melihat mereka hanya
selalu memberikan uang. Tidak memikirkan apa yang mereka berikan itu bagaikan
morfin yang mengundang nikmat sesaat tapi berdampak buruk bagi mental dalam
waktu panjang kedepan. Alhasil mereka terpenjara dengan situasi.
Jangan memberi ikan, tetapi ajari mereka
cara memancing agar mereka dapat bertahan hidup. Jangan hanya memberi uang saja
tapi beri mereka perhatian dan kasih, beri mereka pengajaran, makanan yang
bergizi. Agar mereka dapat bertahan dan bertarung dengan kerasnya hidup.
Sedikit mengutip kata Asmoro, “agar
kelak merekalah yang menolong mereka.”